Bangunan Cagar Budaya Ndalem Pakuningratan
Ndalem
ini diperkirakan dibangun pada awal abad 18, dan konon pernah menjadi kediaman
Pangeran Diponegoro saat menjadi wali Sri Sultan Hamengku Buwono V. Pada akhir
abad 18 (akhir tahun 1800) atas perintah Sri Sultan Hamengku Buwono VII, ndalem
ini dibangun kembali dan menjadi kediaman GPH Purbaya (kelak menjadi Sultan
Hamengku Buwono VIII). Pada saat menjadi kediaman GPH Purbaya ndalem ini
bernama Ndalem Purbayan dan di ndalem ini GRM Dorojatun (kelak menjadi Sultan Hamengku
Buwono IX) dilahirkan.
Pada
tahun 1928 Ndalem Purbayan diserahkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VIII
kepada putri tertuanya GKR Pembayun yang menikah dengan BPH Pakuningrat.
Semenjak itu ndalem ini berubah nama menjadi Ndalem Pakuningratan.
Ndalem
Pakuningratan telah mengalami beberapa kali pemugaran. Pemugaran pertama pada
tahun 1928 yaitu menyatukan pendapa dengan peringgitan(menjadi pendapa saat
ini) dan mengganti ubin pendapa dari plester semen di ganti tegel. Pemugaran
yang kedua pada tahun 1936, dengan mengganti ubin ndalem ageng, senthong kiwa,
senthong tengen, dan gadri dari plester semen diganti tegel.
Dalam
perjalanannya Ndalem Pakuningratan pernah digunakan sebagai Kampus Akademi Seni
Drama dan Film Indonesia (ASDRAFI), digunakan sebagai SMP dan SMK Pancasakti,
dan untuk Taman Kanak-kanak Budiasih.
Ndalem Pakuningratan yang beralamat di Jalan Polowijan No. 12, Kelurahan Kadipaten, Kemantren Kraton, Kota Yogyakarta ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya dengan Per.Men Budpar RI No. PM.89/PW.007/MKP/2011.
Bagian-bagian Bangunan
Ndalem Pakuningratan
Ndalem Pakuningratan yang beralamat di Jalan Polowijan No. 12, Kelurahan Kadipaten, Kemantren Kraton, Kota Yogyakarta ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya dengan Per.Men Budpar RI No. PM.89/PW.007/MKP/2011.
Bagian-bagian bangunan Ndalem Pakuningratan antara lain terdiri dari:
Kuncung, tempat drop off dan drop in.
Pendapa, tempat menerima tamu, menyelenggarakan hajatan/pertemuan.
Peringgitan, ruang untuk menyimpan wayang dan mementaskan wayang .
Ndalem Ageng (Senthong Tengah), kamar utama ndalem, digunakan untuk pertemuan-pertemuan keluarga dekat.
Pasren, tempat tidur yang dikhususkan untuk Dewi Sri (Dewi Kesuburan).
Unyeng-unyeng, pusat/titik tengah ndalem.
Senthong Kiwa & Senthong Tengen, kamar utama pemilik ndalem
Gadri, tempat makan keluarga.
Emper, teras samping ndalem.
Gandhok Kiwa, Gandhok Tengen, dan Gandhok Mburi, kamar putra/putri/kerabat pemilik ndalem.
Cekokan, pendapa kecil di belakang sebagai ruang keluarga.
Pawon, dapur.
Sumber : http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/